“ROBOT” KU SAYANG..
“Robot” ini bukan sembarang robot, bukan si “robot gedek” yang doyan sama bocah atau Robo Cop, atau robot-robotan. Nggak usah mikir kaya apa robot ini. Robot ini simple saja, berbentuk empat persegi dan dicolokin ke listrik terus hidup. “Robot” ini sebuah Laptop kesayanganku, model lama, dan tahan banting. Kenapa aku namakan robot?? Karena laptop ini sudah 2 kali jatuh terhempas namun masih tetap aktif dan nyaman untuk digunakan. Dari mana aku dapatkan “robot” ini ??
Ceritanya dulu ada kerjasama Pemerintah Kota Tanjungpinang dengan Negara Norwegia, yaitu hibah bantuan komputer 1 container, kalau dihitung-hitung ada 400 pc, komputer ini disumbangkan ke sekolah-sekolah. Sistem operasi yang digunakan linux Ubuntu. Karena masih awam, setiap sekolah yang mendapatkan bantuan komputer harus mengirimkan beberapa orang guru untuk belajar Ubuntu. Proses belajar mengajar gratis. Di sinilah aku dilibatkan untuk mengajar Program Open Office untuk kelas pagi dan malam hari, dengan dibekali buku-buku dan sebuah Laptop Pentium III. Minta izin sama bos dikantor untuk mengajar kelas pagi, tidak boleh, dengan alasan masih jam kerja kantor, padahal aku hanya minta 2 jam mengajar setiap harinya. Untuk alasan itu, jam mengajar dipindah jadi kelas sore dan malam. Akhirnya kontrak 2 bulan mengajar aku tanda tangani. Awal mengajar, peserta cukup antusias. Tetapi lama kelamaan berkurang. Dan akhirnya tidak ada sama sekali yang datang, alasannya bermacam-macam ada yang bilang rumah jauh, tidak ada biaya transportasi, ada juga yang bilang masih menggunakan Windows (asli atau bajakan aku tidak tahu). Aku pikir, dikasi ilmu, gratis, koq nggak mahu. Tetapi apapun alasan para guru-guru tersebut aku wajib datang karena sudah terikat kontrak. Sambil menunggu guru-guru, aku mengutak atik “robot” ini.
Setelah habis kontrak, dihitung-hitung aku hanya mengajar 4 kali dalam 2 bulan, dan pihak Norwegia wajib membayar sesuai kontrak, karena di dalam kontrak tertulis, ada atau tidak proses belajar mengajar, aku wajib datang sampai jam mengajar selesai, dan honor wajib dibayar. Ditunggu sebulan, dua bulan, belum dibayar juga, dan sebagai gantinya Laptop yang diberikan ke aku menjadi HM (Hak Milik). Dan sampai sekarang Laptop Pentium III dengan sistem operasi Ubuntu ini masih tetap utuh, biarpun susah mau dibawa kemana-mana, karena tidak ada baterainya, harus cari aliran listrik, tetap menjadi andalanku untuk bekerja di rumah.
Ceritanya dulu ada kerjasama Pemerintah Kota Tanjungpinang dengan Negara Norwegia, yaitu hibah bantuan komputer 1 container, kalau dihitung-hitung ada 400 pc, komputer ini disumbangkan ke sekolah-sekolah. Sistem operasi yang digunakan linux Ubuntu. Karena masih awam, setiap sekolah yang mendapatkan bantuan komputer harus mengirimkan beberapa orang guru untuk belajar Ubuntu. Proses belajar mengajar gratis. Di sinilah aku dilibatkan untuk mengajar Program Open Office untuk kelas pagi dan malam hari, dengan dibekali buku-buku dan sebuah Laptop Pentium III. Minta izin sama bos dikantor untuk mengajar kelas pagi, tidak boleh, dengan alasan masih jam kerja kantor, padahal aku hanya minta 2 jam mengajar setiap harinya. Untuk alasan itu, jam mengajar dipindah jadi kelas sore dan malam. Akhirnya kontrak 2 bulan mengajar aku tanda tangani. Awal mengajar, peserta cukup antusias. Tetapi lama kelamaan berkurang. Dan akhirnya tidak ada sama sekali yang datang, alasannya bermacam-macam ada yang bilang rumah jauh, tidak ada biaya transportasi, ada juga yang bilang masih menggunakan Windows (asli atau bajakan aku tidak tahu). Aku pikir, dikasi ilmu, gratis, koq nggak mahu. Tetapi apapun alasan para guru-guru tersebut aku wajib datang karena sudah terikat kontrak. Sambil menunggu guru-guru, aku mengutak atik “robot” ini.
Setelah habis kontrak, dihitung-hitung aku hanya mengajar 4 kali dalam 2 bulan, dan pihak Norwegia wajib membayar sesuai kontrak, karena di dalam kontrak tertulis, ada atau tidak proses belajar mengajar, aku wajib datang sampai jam mengajar selesai, dan honor wajib dibayar. Ditunggu sebulan, dua bulan, belum dibayar juga, dan sebagai gantinya Laptop yang diberikan ke aku menjadi HM (Hak Milik). Dan sampai sekarang Laptop Pentium III dengan sistem operasi Ubuntu ini masih tetap utuh, biarpun susah mau dibawa kemana-mana, karena tidak ada baterainya, harus cari aliran listrik, tetap menjadi andalanku untuk bekerja di rumah.
Komentar
Posting Komentar