MIE REBUS, MIE KUAH ATAU MIE LENDIR
Selain “Gonggong” ada kuliner lainnya di Tanjungpinang yang menarik, enak dan lezat. Dan biasanya hanya untuk hidangan di pagi hari sampai menjelang siang. Makanan yang enak, lezat dan murah ini adalah Mie Rebus, Mie Kuah atau Mie Lendir. Bahannya dibuat dari mie kuning, tauge, telor rebus dan dicampur kuah kacang, ada cabe untuk yang doyan pedas, dan dapat dijuga ditambah kecap, bawang goreng pun tidak ketinggalan. Kalau mau coba, ada beberapa yang jual di kedai-kedai kopi di Jalan Bintan.
Masih jelas dalam ingatan ketika kecil dulu, makanan ini selalu dinikmati pada pagi hari dan selalu disebut dengan “Mie Rebus”. Ada seorang temen mengatakan, orang-orang tua dulu ada yang menyebutnya Mie Kuah. Namun sekarang ini yang terkenal justru “Mie Lendir”, sampai seorang temen di Pekanbaru bilang, ada jual Mie Lendir Tanjungpinang di Pekanbaru, namun sang temen tidak mau mencobanya karena terkesan jorok dari namanya “Mie Lendir”.
Sang temen tidak salah, “Lendir” dapat diartikan sesuatu yang jorok, dan entah darimana asal mula kata “lendir” ini bisa timbul. Ini tidak boleh didiamkan, harus diluruskan. Pemerintah Kota Tanjungpinang harus ambil tindakan, karena kuliner yang satu ini sudah cukup terkenal, sehingga ada ujar-ujar mengatakan “kalau belum mencobanya belum sampai di Tanjungpinang”, khususnya Dinas Pariwisata Kota Tanjungpinang dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat umum apa seharusnya sebutan untuk kuliner ini.
Masih jelas dalam ingatan ketika kecil dulu, makanan ini selalu dinikmati pada pagi hari dan selalu disebut dengan “Mie Rebus”. Ada seorang temen mengatakan, orang-orang tua dulu ada yang menyebutnya Mie Kuah. Namun sekarang ini yang terkenal justru “Mie Lendir”, sampai seorang temen di Pekanbaru bilang, ada jual Mie Lendir Tanjungpinang di Pekanbaru, namun sang temen tidak mau mencobanya karena terkesan jorok dari namanya “Mie Lendir”.
Sang temen tidak salah, “Lendir” dapat diartikan sesuatu yang jorok, dan entah darimana asal mula kata “lendir” ini bisa timbul. Ini tidak boleh didiamkan, harus diluruskan. Pemerintah Kota Tanjungpinang harus ambil tindakan, karena kuliner yang satu ini sudah cukup terkenal, sehingga ada ujar-ujar mengatakan “kalau belum mencobanya belum sampai di Tanjungpinang”, khususnya Dinas Pariwisata Kota Tanjungpinang dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat umum apa seharusnya sebutan untuk kuliner ini.
waahh,, geli juga dengernya, mie lendir hehehe.. kalo saya pernah coba di bangka belitung, mie apa yah saya lupa, yang saya ga lupa adalah, kurang cocok aja sama lidah, jadi pesennya standar, nasi tim ayam :)
BalasHapusNggak tau kenapa bisa jadi seperti itu namanya, tapi rasanya enak koq..jalan2 saja ke Tanjungpinang.
BalasHapusSalam blogger gan. Gw numpang blogwalking nich. Oh ya, gw tunggu kunjungan baliknya di http://freetemauntukhp.blogspot.com ya.
BalasHapusberrkunjung... menghampiri teman lama... Berkunjung Kemari yaaaa SITE : siapa lagi
BalasHapusbikin laper d pagi hari neh,.....
BalasHapusgw sih..mie ayam aja bot...dua mangkok yah....
BalasHapustambah mekar ntar badan lo makan mie mulu..hahaha
BalasHapusMie lendir memang Maknyoss,,, cobain aja. dijamin ketagihan, yang paling enak emang di jl. bintan.
BalasHapusKalo gonggong yg paling enak di tanjungsebauk.. seger langsung dari laut.
coba2 juga gonggong yang di Madung, Dompak ataupun Tanjung Lanjut.
BalasHapusAlmarhum ibuku slalu menyebut nama kuliner yg satu ini dengan sebutan "Mie Uwa' Salun".
BalasHapusBunda Jempolan....'Mie Uwa' Salun"..baru denger, bisa disebutkan maksudnya apa? dan bagaimana sejarahnya??
BalasHapusBang Bo The, saya jg tdk tahu pasti bgmn sejarahnya knapa almh.ibu mnyebutnya dgn Mie uwa Salun...yg bs ku'tangkap' sedikit dari cerita ibu adlah ...karena yg pertama kali berjualan Mie itu bernama Salun (dan beliau trnyata berasal dari tanah Jawa).Beliau pertama kali menjajakan makanan ini di Gang Bintan...tmpat almh.ibu pernah berdomisili sblm pindah ke Jl.Tugu Pahlawan (dpn SMPN 1,sayang rumah keluarga kami skrg sdh menjadi ruko).
BalasHapusGitu deh critanya...Tp sampai hari ini lebih familiar dgn sebutan Mie Lendir kaya'nya ya Bang.Di Jakarta,sy biasa melepas selera (utk mnyantap Mie Lendir) di Warung Papika (Pd.Gede Plaza),milik bang Zai dan Kedai Bintan (Jatinegara)- kedai kongsian kak Rita Djahatar,Kak Yani & Kak Ida.
Uppsss sori, commentnya knapa jd panjang ya? Btw salam kenal ya Bang.
sewaktu kecil saya dulu menyebutnya Mie Rebus, dan entah kenapa sekarang disebut orang jadi Mie Lendir, kesannya sedikit 'jorok', dan sekarang banyak yg jual, terutama di Jl. Bintan, ada 3 tempat yang jual, bentuk sama tapi rasa beda..tapi saya tetap menyebutnya Mie Rebus..Salam Kenal Kembali.
BalasHapusmie lendir seleraku....tapi di jakarta dimana ya bisa nyobain mie lendir ini???
BalasHapuskalau menurut lidah orang sana yg paling enak mie lendir belakang padang...
Lendir dalam bahasa Melayu yang egaliter tidak berkonotasi jorok. Makanya orang Melayu biasa-biasa saja menyebut kata 'lendir'. Beda dengan Jakarta yang biasa menggunakan bahasa lendir untuk menyampaikan sesuatu yang jorok atau bahkan cabul (seperti 'bisnis lendir').
BalasHapusWaktu kecil pulang kampung ke tj.pinang namanya memang mie rebus. Belakangan sodara2 yg disana pun nyebutnya mie lendir, mungkin krn kuahnya kental. Yg ngetop mie pak salun di jalan bintan,konon dia yg pertama jual mie itu dan katanya dia orang jawa. Kuliner wajib kalo ke tj.pinang
BalasHapusSeharusnya Pemda Kota Tanjung Pinang khususnya Dinas Pariwisata sensitif akan hal ini ... segera kembalikan citra baik kota Tanjung Pinang. Bukan malah tak peduli dan membiarksn begitu saja. Kalau tak bise selesaikan hal2 kecik jangan cube nak buat hal yg lbh besar. Sangat memprihatinkan
BalasHapus