TUHAN...Maafkan Saya Bila Saya Mengeluh
Hari ini , disebuah bus ,
aku melihat seorang gadis cantik
dengan rambut tergerai panjang.
Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu
ceria, dan kuharap aku pun sama.
Tiba-tiba dia terhuyung huyung berjalan.
Dia mempunyai satu kaki saja,
dan memakai tongkat kayu.
Namun ketika dia lewat - tersenyum.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku!
Aku berhenti untuk membeli bunga lili.
Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona.
Aku berbicara padanya.
Dia tampak begitu bahagia.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa
Ketika aku pergi, dia berkata,
"Terima kasih. Engkau sudah begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu.
Lihat saya buta."
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua mata. Dunia milikku.
Lalu sementara berjalan,
Aku melihat seorang anak dengan bola mata biru.
Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain.
Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya.
Aku berhenti sejenak, lalu berkata,
" Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain?"
Dia memandang ke depan dengan tanpa bersuara,
lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua telinga. Dunia milikku.
Dengan dua kaki untuk membawa kemana aku mau.
Dengan dua mata untuk memandang mentari terbenam.
Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin ku dengar.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Kiriman dari Ade Isnaeni
aku melihat seorang gadis cantik
dengan rambut tergerai panjang.
Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu
ceria, dan kuharap aku pun sama.
Tiba-tiba dia terhuyung huyung berjalan.
Dia mempunyai satu kaki saja,
dan memakai tongkat kayu.
Namun ketika dia lewat - tersenyum.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku!
Aku berhenti untuk membeli bunga lili.
Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona.
Aku berbicara padanya.
Dia tampak begitu bahagia.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa
Ketika aku pergi, dia berkata,
"Terima kasih. Engkau sudah begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu.
Lihat saya buta."
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua mata. Dunia milikku.
Lalu sementara berjalan,
Aku melihat seorang anak dengan bola mata biru.
Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain.
Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya.
Aku berhenti sejenak, lalu berkata,
" Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain?"
Dia memandang ke depan dengan tanpa bersuara,
lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua telinga. Dunia milikku.
Dengan dua kaki untuk membawa kemana aku mau.
Dengan dua mata untuk memandang mentari terbenam.
Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin ku dengar.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Kiriman dari Ade Isnaeni
nice poem
BalasHapuskena banged!
BalasHapus